Retno Andini, 8/19/2013
Mengetuk papan bernama hati untuk tenang
"sudah jangan dipikirkan", katanya
Serangkaian alfabet berhenti meluncur dari bibir
Namun bergumulan di pojok organ satu itu
Kilatan itu mampir
Ketika senja sedang indahnya berbenah
Mimpikah?
Cubitan itu menyergah leher
Oh, ini nyata
Tega sekali
Waktu terus menepi minta istirahat
Awan bergerak menghitam
Menunduk sepertinya baik
Cermin tertawa puas
"haha datar serta kusut sekali wajahmu!"
Pikiran meronta-ronta minta ampun
Heran dia dengan takdir
Dengan kuasa-Nya
No comments:
Post a Comment