Bagaimana rasanya dua orang yang saling mencintai tapi tidak pernah mencoba untuk berkomitmen?
Rasanya jelas, gregetan dan penasaran.
Anehnya, semesta tidak mengijinkan mereka untuk berkomitmen. Padahal keduanya memiliki perasaan yang sama persis. Ketika si perempuan menunggu si laki-laki untuk menyatakan langsung, si laki-laki ternyata sudah memiliki teman dekat perempuan. Begitu pun sebaliknya.
Sakit? Cuma mereka yang paham akan rasanya.
Sampai suatu ketika, si perempuan menikah dengan laki-laki lain. Menikah dengan umur yang amat muda. Setahun kemudian punya anak. Keluarga mereka terlihat bahagia.
Tiba-tiba sebuah kabar masuk ke ponsel si perempuan.
“Tau gak, si X tunangan!”
Kabar tentang laki-laki di masa lalu. Lalu apa yang perempuan itu rasa?
Ia
merasakan rasa yang janggal. Akibat kisah yang penuh ambigu di masa
silam. Separuh hatinya ternyata masih tersimpan untuk laki-laki di masa
lalunya itu.
Sementara itu, suami si
perempuan itu sedang bekerja mencari uang di luar rumah. Sedangkan si
perempuan sedang menangisi calon suami perempuan lain.
Apakah hidup sebercanda ini?
Mungkin
rasa penasaran yang dipupuk bisa sangat membahayakan. Padahal hidup
perempuan itu belum tentu sebahagia saat ini, bila akhirnya ia menikah
dengan laki-laki masa lalunya itu.
Mungkin memendam perasaan sama
buruknya dengan memendam balon gas di dalam laut. Suatu saat akan muncul
dengan keadaan yang lebih buruk.
Semoga kita tidak terlibat dalam
kisah yang mirip. Dan ya, ternyata kita perlu ‘selesai’ dengan diri
sendiri dan masa lalu kita terlebih dahulu, sebelum akhirnya memiliki
komitmen dengan masa depan.
Image courtesy: society6
Image courtesy: society6
Percayalah, umur tidak selalu berbanding lurus dengan kedewasaan.
No comments:
Post a Comment